Foto dari Unsplash/AndrewNeel |
Sejak akhir masa kuliah, saya banyak mengambil pekerjaan sebagai content writer. Pekerjaan yang fleksibel, tapi juga menuntut kedisiplinan dan pemahaman tema yang mendalam. Hampir semua proses bekerja saya mengandalkan koneksi internet. Untuk mendukung hal itu, saya menggunakan IndiHome, Provider Internet dari Telkom Indonesia.
Dulu, semasa masih kuliah dan tinggal di kota, internet bukan masalah. Di kota, internet lancar, murah, dan mudah. Berbeda sekali ketika saya mulai pulang kampung, tinggal di pelosok desa. Internet rasanya sulit untuk dijangkau.
Di kota jaringan lancar, di sisi manapun kos-kosan internet masih lancar-lancar saja. Berbeda dengan di desa yang jaringan internetnya sulit. Harus mencari tempat yang pas untuk menangkap sinyal. Ketika sudah mendapatkan spot yang pas, saya harus diam mematung agar sinyal tak hilang. Bergerak sedikit saja, sinyal sudah tak karuan.
Hal sederhana seperti itu, dimana internet mudah dan lancar, sangat mempengaruhi pekerjaan sebagai content writer. Entah ketika sedang riset topik tulisan, proses menulis, editing, atau mengirim hasil kerja. Hampir semua prosesnya menggunakan internet untuk mempermudah proses.
Proses riset topik tentu saja memerlukan akses internet untuk membuka banyak halaman dan perpustakaan digital. Untuk proses menulis dan mengedit biasanya saya menggunakan Google Docs agar otomatis tersimpan dan bisa dengan mudah mengirim file. Sehingga dapat diakses dengan mudah dari berbagai perangkat dan mudah diakses oleh rekan kerja jika dibutuhkan. Untuk proses mengirim hasil kerja, tentu beragam. Terkadang dikirim langsung ke redaksi atau editor, diupload langsung melalui CMS website, atau diupload ke sosial media.
Untungnya ketika saya pulang kampung dan mulai berkegiatan, keluarga memutuskan untuk memasang internet dari IndiHome. Jaringan internet yang luas hampir di seluruh negri, bahkan di desa saya yang masih terhitung pelosok.
Tentu saja, ini sangat membantu produktivitas saya sebagai seorang content writer yang hampir segala prosesnya memerlukan internet.
Pilihan saya untuk menjadi seorang content writer adalah karena memungkinkan untuk bekerja dari mana saja dan kapan saja selama ada koneksi internet. Hal ini memungkinkan saya untuk bekerja sesuai jadwal dan gaya hidup yang saya inginkan. Ini tentu memberikan fleksibilitas dan memungkinkan saya untuk melakukan hal-hal lain yang saya sukai.
Selain itu, saya juga memiliki kebebasan untuk terus mengeksplorasi kreativitas melalui tulisan. Entah melalui ide yang akan saya tulis, maupun bahasa dan teknik penulisan yang saya gunakan.
Menjadi content writer juga menuntut saya untuk terus mengulik berbagai topik. Selalu up-to-date akan topik-topik baru dan menarik. Tentu hal ini membantu saya untuk tetap membaca dan melatih otak saya untuk selalu belajar. Kemudian berpikir dan melatih keterampilan berbahasa ketika sedang menulis.
Tetapi, seperti pekerjaan yang lain. Pekerjaan content writer juga menuntut kedisiplinan. Kita harus tetap mematuhi deadline yang telah ditentukan dan memberikan hasil yang maksimal.
Pekerjaan ini juga memiliki tantangan tersendiri, seperti menemukan klien yang tepat dan menyelesaikan proyek dalam tenggat waktu yang ditentukan.
Maka, memiliki jaringan internet yang bagus akan sangat penting untuk mendukung pekerjaan sebagai content writer. Untuk mobilitas ketika berkegiatan di luar rumah, tentu saya menggunakan jaringan dari handphone. Tapi ketika di rumah, saya selalu mengandalkan IndiHome. Provider Internet dari Telkom Indonesia yang memiliki jaringan luas dan terjangkau.
Begitulah sedikit cerita saya tentang perbandingan bekerja sebagai content writer di desa dengan di kota. Menulis di kota tentu memberikan banyak ide dan inspirasi, tapi menulis di desa justru memberikan ketenangan tersendiri.
0 Response to "Menjadi Content Writer di Kota dan di Desa"
Posting Komentar